Inforakyat, Banyuwangi- Ketua Lingkar Studi Kerakyatan (LASKAR), Muhammad Helmi Rosyadi meminta guru honorer sebagai kelompok yang terdampak Covid-19. Sebab selama pandemi Covid-19, honorarium guru honorer tidak jelas karena tidak lagi mengajar di kelas, padahal selama ini guru honorer digaji sesuai dengan jam pengajaran mereka. Lebih parah lagi guru-guru di sekolah swasta karena orang tua anak didik enggan membayar uang sekolah selama masa belajar di rumah.
“Saya meminta guru honorer dimasukkan juga dalam kelompok terdampak Covid-19, karena tidak ada Covid saja hidupnya sudah susah ditambah lagi sekarang masa pandemi Covid-19, jika tidak dibantu mereka akan menjadi kelompok miskin baru yang sangat besar,” ujar Helmi ketika ditemui saat membagikan takjil untuk tenaga kebersihan (pesapon) di Banyuwangi (9/5).
Hingga kini persoalan guru honorer belum terselesaikan. Bahkan di tengah pandemi, nasib jutaan guru honorer terkatung-katung. Guru honorer yang lolos seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) 2018/2019 pun belum juga diangkat.
Helmi yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Kolektif Aliansi Rakyat Miskin menerangkan bahwa Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kabupaten Banyuwangi berjumlah 193.000 KK, Non-DTKS berjumlah 76.000 KK.
Jadi Total penerima bantuan sosial (baksos) di Kabupaten Banyuwangi berjumlah 269.000 KK. Kitapun tidak tahu, apakah guru honorer termasuk penerima bansos atau tidak, atau jangan-jangan tidak termasuk di dalam data.
“Karena itu pendataan sangat penting dan dibutuhkan komitmen serius. Anggaran yang kurang penting seperti hibah, perjalanan dinas, rapat maupun festival dialihkan dulu, fokus mengatasi dampak pandemi Covid-19,” tutup Helmi. (Rob)