Inforakyat, Batam- Pandemi ini tidak memadamkan semangat para guru, tapi justru menyalakan obor perubahan. Guru mau tidak mau mendatangi rumah-rumah pelajar untuk memastikan mereka tidak ketinggalan pelajaran. Guru mau tidak mau mempelajari teknologi yang belum pernah mereka kenal. Guru mau tidak mau menyederhanakan kurikulum untuk memastikan murid mereka tidak belajar di bawah tekanan.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Hj Marlin Agustina saat menjadi Inspektur Upacara pada Hari Guru Nasional (HGN) di Dataran Engku Putri, Kota Batam, Kamis (25/11). Pada upacara yang juga dihadiri Wali Kota Batam H Muhammad Rudi itu, Wagub Marlin memang membacakan sambutan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim.
Usai memimpin upacara, Wagub Marlin tampak membaur bersama para guru. Ketua TP PKK Kota Batam ini berbincang-bincang dan bersenda gurau dengan para guru.
“Saya begini karena Bapak dan Ibu Guru. Terima kasih atas ilmu, dan kasih sayang dalam mendidik kami, sampai menjadi seperti ini,” kata Wagub Marlin.
Wagub Marlin mengatakan dirinya terus berharap para terus menyalakan obor perubahan. Terus bersemangat seperti disampaikan Menteri untuk tidak padam karena pandemi. Tetap memberi yabg terbaik kepada anak didik untuk menjadi generasi terbaik.
Membacakan apa yang disampaikan Menteri Nadiem, Wagub Marlin mengatakan bahwa tahun lalu adalah tahun yang penuh ujian. Semua tersandung dengan adanya pandemi. Guru dari Sabang sampai Merauke terpukul secara ekonomi, terpukul secara kesehatan, dan terpukul secara batin.
Nadiem juga menyampaikan bahwa guru di seluruh Indonesia menangis melihat murid mereka semakin hari semakin bosan, kesepian, dan kehilangan disiplin. Tidak hanya tekanan psikologis karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak guru mengalami tekanan ekonomi untuk memperjuangkan keluarga mereka agar bisa “makan”. Sangat wajar jika dalam situasi ini banyak guru yang terdemotivasi.
Nadiem pun menceritakan sebuah fenomena yang tidak terkira. Saat dirinya menginap di rumah guru honorer di Lombok Tengah, saat dirinya menginap di rumah Guru Penggerak di Yogyakarta, saat dirinya menginap bersama santri di pesantren di Jawa Timur, Nadiem sama sekali tidak mendengar kata “putus asa”.
Saat sarapan dengan mereka, Nadiem mendengarkan terobosan-terobosan yang mereka inginkan di sekolah mereka. Wajah mereka terlihat semangat membahas platform teknologi yang cocok dan tidak cocok untuk mereka. Dengan penuh percaya diri, mereka memuji dan mengkritik kebijakan dengan hati nurani mereka.
“Pandemi ini tidak memadamkan semangat para guru, tapi justru menyalakan obor perubahan,” kata Nadiem. (Red)