Inforakyat, Batam- Komisi VI DPRD Kepri menghadiri dialog kebudayaan dan identitas yang digelar oleh LSM Gebrak. Sejumlah anggota Komisi VI DPRD Kepri seperti Uba Ingan Sigalingging, Sirajudin Nur, dan Hanafi Ekra.
Dialog terbuka dengan tema “Kebudayaan dan Identitas” yang digelar oleh LSM Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak), di Bandoeng Resto, Batam Center, Batam menghadirkan Guru Besar Universitas Riau (Unri) yang juga seorang budayawan Melayu, Prof Dr Yusmar Yusuf, Kamis (15/6) malam.
Turut hadir dalam dialog tersebut, Kadis Kebudayaan Kepri, Juramadi Esram sekaligus mewakili Gubernur Kepri, seniman Kepri, Samson Rambah Pasir, serta ratusan peserta yang memadati lokasi acara, serta Pieter P Pureklolong yang menjadi moderator berhasil membuat dialog menjadi sangat menarik.
Di awal acara, Anggota Komisi IV DPRD Kepri Sirajudin Nur yang memberikan sambutan menyebut dialog seperti ini seharusnya sering dilakukan, jangan hanya acara seremonial semata.
“Saya sangat bersemangat sekali ke sini. Sejak awal saya sampaikan ke staf begitu lihat undangan saya minta atur jadwal agar bisa menghadiri dialog ini, karena dialog-dialog seperti ini akan menambah wawasan tentunya,” katanya.
Bagitu juga dengan Kepala Dinas Kebudayaan Kepri, Juramadi Esram. Dia pun mendorong dialog yang mengangkat tema-tema kebudayaan terus dihidupkan di tengah kecenderungan masyarakat modern meninggalkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan bermasyarakat.
Juramadi yang membuka acara juga menyampaikan maaf Gubernur Kepri, Ansar Ahmad yang tidak bisa menghadiri dialog tersebut.
Prof Dr Yusmar Yusuf menjelaskan secara rinci terkait budaya dan identitas, terutama menjelang Pemilu 2024 mendatang.
Menurut Prof Yusmar, politik identitas suatu keniscayaan. Namun, politisasi identitas haram hukumnya. Sebab, tak satupun orang di Tanah Air, termasuk di Kepri, meminta dilahirkan sebagai orang Melayu, Jawa, Bugis, Minang, Tionghoa dan sebagainya. (Red)