Inforakyat, Tanjungpinang- Kondisi Pasar Puan Ramah yang berada di Kijang Lama Kota Tanjungpinang persisnya di belakang Kantor Disdukcapil Tanjungpinang kian hari semakin memprihatikan, dimana pasar yang sebelumnya diproyeksikan akan ramai pembeli kini terlihat sebagian besar lapak-lapak pedagang kosong ditinggal pergi para pedagang akibat sepinya pasar.
Salahsatu pedagang sayuran dan rempah rempah, Gunawan kepada media ini menuturkan dirinya sudah hampir gila dengan kondisi pasar yang semakin sepi dan dagangan tidak pernah ada yang beli sehingga ia mengaku gali lobang tutup lobang untuk tetap bertahan.
“Kalau ada yang bertanya bagaimana kondisi jualan sekarang, saya katakan saya sudah gila jualan disini, hancur harapan kami akibat kebijakan walikota Rahma yang memindahkan kami kesini,” kata Gunawan dengan sedikit luapan emosi saat ditemui dilapaknya, Jumat (25/8).
Gunawan juga menuturkan, sepinya pembeli di Pasar Puan Ramah ini sudah mulai terlihat dua bulan pasca diresmikan pada September tahun lalu, dan itu sudah berulang kali disampaikan ke pemerintah Kota Tanjungpinang, baik melalui Disperindag maupun langsung ke Walikota Rahma agar dicarikan solusi guna keberlangsungan nasib para pedagang pasar puan ramah, namun kata Gunawan hal tersebut tidak pernah ditanggapi secara serius.
“Tidak pernah ditanggapi, pernah Walikota datang kesini ada acara bagi-bagi sembako, kita teriaki kondisi pasar menengok pun tidak malah langsung pergi. Jadi kita sudah tidak ada harapan lagi untuk mencari untung disini kita disini bertahan hanya menanti janji Walikota,” ucap Gunawan yang dibenarkan oleh pedagang lainnya yang kini hanya tinggal sepuluh orang lagi.
Gunawan dan pedangan lainnya yang masih bertahan disana menjelaskan alasan mereka masih bertahan hingga kini meski sudah hampir gila karena mengingat janji Walikota Tanjungpinang yang akan memprioritaskan mereka yang masih bertahan di pasar puan murah bila nanti sudah pindah ke pasar baru yang masih dalam tahap pembangunan.
“Kita dijanjikan nanti yang masih bertahan disini (pasar puan) akan lebih diprioritaskan di spesialkan mendapat lapak di pasar baru yang sedang dibangun itu. Itulah yang membuat kami hingga kini masih tetap bertahan meski sudah hampir gila pak,” tegas Gunawan.
Pedagang itu bahkan menyoroti bangunan pasar yang dinilai belum layak padahal pembangunan pasar tersebut menelan anggaran Rp 3 Miliar lebih. Bahkan ia menduga salah satu penyebab sepinya pembeli karena kondisi pasar yang panas dan sempit serta infrastruktur yang disiapkan tidak sesuai yang diinginkan pedagang.
“Kalau mau membangun pasar, seharusnya bangunan pasar itu didesain dengan melibatkan pedagang dan pembeli, harus sesuai kebutuhan pasar bukan keinginan ibu Walikota. Kami dengar anggaran pembangunan pasar ini 3,2 Miliar itu sangat besar namun hasilnya begini pasarnya sepi pedagangnya sudah gila. Sangat disayangkan uang negara sebanyak itu terkesan dihamburkan hasilnya kami pedagang yang dipindah kesini mekik-mekik hampir gila,” ujarnya.
Dari penelusuran yang dilakukan media ini, dari 400 an lapak pedagang yang tersedia di pasar puan ramah ini, kini hanya tinggal 10 lapak lagi yang berisi. “Iya betul, didalam sini kami tinggal 10 orang lagi yang berdagang. Diluar ada 5 pedagang ayam. Tadinya pedagang disini semua berjumlah 400 an lah,” kata Gunawan. (Red)