Inforakyat, Tanjungpinang- Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad menyampaikan bahwa penggunaan energi pada industri dan rumah tangga di Kepulauan Riau saat ini memang masih bergantung pada pemanfaatan dari bahan bakar fosil. Namun untuk ke depan pemerintah terus mendorong agar pengunaan energi yang ramah lingkungan juga terus ditingkatkan sebagai energi subtitusi guna mendukung Sustainable Energy dimasa mendatang.
Di kesempatan ini kepada Duta Besar Denmark, Gubernur Ansar menjelaskan bahwa potensi energi terbarukan di Provinsi Kepulauan Riau sangatlah besar dan mencakup beberapa diantaranya Bio Massa, Bio Gass, Potensi energi laut, potensi energi angin serta potensi tenaga surya.
“Kalau energi bio massa potensinya 11,6 MW, kemudian potensi bio gass 4,3 MW, potensi energi laut 126, 567 MW, potensi angin 922 MW dan potensi tenaga surya mencapai 7.763 MW,” jelasnya.
Lebih lanjut Gubernur Ansar juga menjelaskan beberapa program yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam rangka menjaga keberlangsungan lingkungan dan juga dalam rangka pengunaan bio energi yang tentunya ramah terhadap lingkungan diantaranya rencana pembangunan PLTU Biomassa 2 x 100 MW di Tanjung Sauh, Batam yang melibatkan PLN dengan pihak swasta.
“Energi ramah lingkungan ini tentunya akan mendukung dan memperkuat cadangan daya bagi Batam dan Bintan memberikan manfaat cukup besar bagi masyarakat serta menjadi magnet baru bagi berkembangnya kawasan-kawasan baru dan bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kepri,” jelasnya.
Kepulauan Riau saat ini juga merupakan salah satu daerah pilot project dari PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dalam hal pemanfaatan gas bumi yang hemat dan bersih ke rumah tangga. Pemanfaatan bio energi lain saat ini sedang dikembangkan juga di Provinsi Kepulauan Riau yaitu pemanfaatan sumber energi tenaga surya dan energi yang digerakkan oleh angin bekerjasama dengan UMRAH.
“Untuk tenaga surya sekarang telah kita manfaatkan untuk sebagai salah satu program cakupan pelayan listrik di perkampungan nelayan serta untuk penerangan di jembatan dan beberapa area jalan di Pulau Bintan. Ini akan terus kita perluas sesuai dengan kebutuhan penerangan listrik memanfaatkan tenaga surya,” jelasnya.
Kemudian terkait dengan kehidupan lingkungan yang berkelanjutan juga Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau juga melakukan beberapa hal lainnya diantaranya meresmikan pengoperasian fasilitas pengolahan limbah minyak B3 dan tank cleaning di PT Batam Slop & Sludge Treatment Centre (BSSTEC), mendorong instalasi pengolahan limbah rumah tangga yang pilot project di Batam.
Melaksanakan program penanganan kembali pantai dan hutan bakau, khususnya di kawasan Batam, Bintan dan Karimun serta mempercepat penyelesaian Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) serta akan mereview peraturan daerah untuk memberikan insentif pajak untuk mendukung inisiasi kota hijau khususnya di sektor transportasi dan kendaraan bermotor yang menggunakan tenaga listrik.
“Intinya Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau sangat mendukung pembangunan yang mengutamakan kehidupan lingkungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kami mengundang Duta Besar agar bisa datang di Kepulauan Riau untuk melihat potensi kerjasama di bidang ini yang bisa dikerjakan bersama,” ajak Gubernur Ansar.
Sementara itu Duta Besar Denmark Lars Bo Larsen mengaku sangat tertarik dengan penjelasan yang diberikan oleh Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad terkait peluang kerjasama yang bisa dijalin antara Denmark dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.
“Nanti kami akan kirim delegasi kesana untuk melihat secara langsung, potensi konkret apa saja yang bisa menjadi peluang kerjasama. Mungkin kami akan memilih beberapa proyek prioritas yang menjadi kebutuhan dari Provinsi Kepri,” ucapnya.
Melihat dari sisi Maritim, Dubes Denmark juga mengajak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk bekerjasama dalam proyek greenship, yaitu inovasi penggunaan tenaga listrik bagi kapal-kapal penyeberangan di daerah kepulauan.
“Selain Indonesia, Denmark juga merupakan Negara Maritim. Dan saat ini kami telah berpengalaman dalam mengambangkan kapal laut listrik. Memang investasi awal cukup mahal, namun untuk 3 sampai 4 tahun ke depan, biaya tersebut akan terkompensasi dengan pemakaian energi yang murah. Mungkin kita bisa menjajaki ini juga,” ajaknya. (Red)