Inforakyat, Tanjungpinang- Sekitar 350 mahasiswa dan pemuda dari berbagai organisasi di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau melakukan deklarasi menolak narkoba.
Deklarasi tersebut seusai dialog bertema “Bentengi Generasi Penerus Bangsa Dari Bahaya Narkoba”, yang diselenggarakan Komunitas Bakti Bangsa dan Pemuda Pancasila di aula Gedung Arsip dan Perpustakaan Kota Tanjungpinang, Rabu, (28/8).
Wali Kota Tanjungpinang Syahrul mengatakan perang terhadap narkoba sejak lama digaungkan pemerintah, aparat berwenang dan berbagai kelompok pemuda. Hari ini, kata dia narkoba masih menjadi ancaman bagi masyarakat, apalagi berdasarkan data jumlah 40 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah pemuda.
Jumlah pengguna narkoba cenderung mengalami kenaikan. Jika ini tidak ditanggulangi secara serius, maka akan berdampak buruk masa depan bangsa.
“Ancaman ini tidak main-main, harus ditangani secara serius,” katanya.
Syahrul berharap pemuda menjadi motor penghancur narkoba, bukan sebaliknya. Pemuda harus mampu membentengi dirinya dari narkoba maupun hal buruk lainnya. Caranya, perkuat iman dan taqwa kepada Allah, dan menghindari pengaruh negatif di lingkungan yang tidak baik.
“Jangan ikut-ikutan mengedarkan dan menggunakan narkoba. Kalau pemuda mayoritas menggunakan narkoba, hancurlah negara, karena memegang tongkat estafet kepemimpinan pada masa mendatang,” ujarnya.
Syahrul mengatakan Pemerintah Tanjungpinang bersinergi dengan berbagai instansi terkait dalam menangani narkoba. Pemerintah membentuk kader antinarkoba, pemuda antinarkoba, dan melakukan berbagai kegiatan positif untuk meningkatkan SDM dan prestasi pemuda.
Di internal pemerintahan, biasanya setiap tahun Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang memeriksa urin ASN. Tahun ini akan dilakukan pemeriksaan urin kembali.
“Kami selalu ingatkan seluruh ASN mulai dari pejabat hingga staf biasa untuk menjadi contoh bagi masyarakat, jauhi narkoba,” katanya.
Peringatan itu tidak serta-merta mampu menghilangkan ancaman narkoba di pemerintahan, karena selalu saja ada. Namun semua itu tergantung pada ASN-nya, apakah mau menyia-nyiakan waktu dengan merusak diri menggunakan narkoba atau tidak.
“Ada sejumlah honorer dan ASN yang terlibat narkoba yang ditindak,” ucapnya.
Kapolres Tanjungpinang AKBP Ucok Lasdin Silalahi mengatakan sosialisasi terhadap bahaya narkoba perlu dilakukan secara intensif sebagai upaya pencegahan. Sosialisasi melalui seminar dan dialog ini efektif sebab dapat mengubah diri pemuda dari kegiatan negatif menjadi positif.
Bahaya narkoba, kata dia tidak hanya berdampak pada perusakan pemikiran dan mental bangsa, melainkan juga dapat digunakan untuk menaklukan suatu negara atau wilayah tertentu.
“Dari aspek perdagangan, narkoba merupakan komoditas yang diperjualbelikan secara tertutup. Indonesia salah satu pasar besar,” katanya.
Menurut dia, Tanjungpinang merupakan wilayah yang strategis karena berbatasan dengan sejumlah negara. Narkoba tidak hanya dapat dikirim melalui jalur transportasi laut dan darat, melainkan juga jasa pos pengiriman barang dan penjualan secara daring.
“Penjualan narkoba secara daring bukan hal baru, seperti menyembunyikan narkoba di dalam produk elektronik. Ini terus didalami,” katanya
Narkoba sudah masuk ke semua elemen masyarakat dalam berbagai jenis. Di Polres Tanjungpinang telah ditindak tiga anggota kepolisian yang terlibat narkoba. Mereka menyesal, namun sayang penyesalan selalu datangnya terlambat.
“Ingat, narkoba hanya merusak diri, keluarga, lingkungan dan bangsa. Karena itu, tidak ada kata terlambat, tinggalkan sekarang juga,” tegasnya, yang juga narasumber dalam dialog itu.
Catur Hadianto, penyuluh antinarkoba dari BNNK Tanjungpinang, mengatakan, berdasarkan UU 35/2009 tentang Narkoba mengatur tentang narkotika golongan 1 tidak boleh untuk pengobatan, golongan 2 untuk medis sebagai pilihan terakhir, dan golongan 3 boleh digunakan.
Pengguna narkoba terbanyak dari kalangan profesi, kemudian pelajar dan mahasiswa, dan terakhir kelompok pengangguran.
“Penyalahgunaan narkoba terus bertambah, jenisnya setiap tahun bertambah. Ini diproduksi laboraturium gelap. Sulit terdeteksi,” ujarnya.
Hasil penelitian, kata dia penggunaan terus meningkat. Hal itu disebabkan kondisi masyarakat kurang imun.
“Harus diperkuat imunnya. Biar pasarnya banyak, tetapi kita tolak,” katanya.
Presiden Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji, Rindi Apriadi, mengatakan, pemuda dan mahasiswa menunggu gebrakan dari aparat penegak hukum untuk tidak hanya menangkap para penjual, melainkan produsen dan pengguna.
“Kalau produsennya ditangkap, tempat industri barang haram itu dihancurkan, pengguna dihukum tegas, mudah-mudahan tidak ada lagi narkoba,” katanya.
Sekretaris MPC Pemuda Pancasila Tanjungpinang, Dicky, mengatakan, pemuda harus meninggalkan gaya hidup yang hedonis. Mereka harus berani tidak menyentuh hiburan malam dan minum-minuman keras karena dari tempat itu akan muncul pengaruh narkoba.
“Pemuda harus memikirkan masa depan dirinya untuk kepentingan dirinya, keluarga dan bangsa,” katanya. (Red)