Inforakyat, Natuna- Pedagang sayur di Pasar Baru Ranai, Natuna mengeluh, akibat sembako yang dikirim dari Pelabuhan Tanjung Uban di Kabupaten Bintan menggunakan kapal roro KMP Bahtera Nusantara 01 tidak diberangkatkan ke Natuna.
Padahal, mobil pickup yang membawa sejumlah kebutuhan pokok itu sudah mengantre beberapa jam di Pelabuhan Roro Tanjung Uban, Bintan sebelum kapal berangkat.
Hingga KMP Bahtera Nusantara 01 lepas tali, mobil pickup yang dibawa Ade, sopir pickup sembako tujuan Penagi, Natuna itu pun tidak berangkat.
“Kami sudah antri sekitar dua jam sebelum kapal berangkat,” kata Ade melalui sambungan telepon di Tanjungpinang, Selasa (14/5).
Ade sangat menyesalkan kebijakan pihak ASDP dan pelabuhan Roro Tanjung Uban. Sebab, mereka lebih mengakomodir kendaraan truk kosong yang diduga milik perusahaan pasir kuarsa yang tengah beroperasi di Natuna.
“Harusnya kan kami yang membawa sembako untuk masyarakat Natuna harus diutamakan lebih dulu, sebab sembako ini untuk masyarakat,” cetus Ade.
Bahkan kata dia, sembako yang dibawa akan busuk jika harus menunggu satu putaran kapal KMP Bahtera Nusantara 01 berikutnya dengan tujuan Tanjung Uban-Penagi.
“Yang saya bawa ini berupa sayur mayur seperti, bunga kol, brokoli, wortel, tomat, ini bisa busuk,” tuturnya.
Kejadian ini juga dibenarkan Tupang, yang merupakan seorang pedagang Pasar Baru Ranai, Natuna.
“Betul bang, sayur yang saya pesan rencananya dikirim menggunakan kapal roro malah tidak diberangkatkan,” kata Tupang di lapak jualannya di Ranai, Selasa (14/5).
Ia menjelaskan, kebutuhan sembako itu dimuat dalam mobil pickup dan dibawa oleh Ade sebagai sopir.
“Saya bisa saja mengirim sembako itu menggunakan pesawat, tapi tentu harganya berbeda jauh jika dikirim menggunakan kapal roro yang disubsidi negara itu,” jelasnya.
Bahkan kata dia, untuk brokoli dan bunga kol yang harga normalnya Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu perkilogram bisa naik menjadi Rp 100 ribu perkilogram jika menggunakan pesawat.
“Jika harganya sampai segitu, tentu akan dikeluhkan masyarakat bang,” tutur Tupang.
Akibat kejadian tersebut, Tupang terancam bakal mengalami rugi hingga puluhan juta rupiah.
“Satu pickup yang tertinggal, nilainya sekitar Rp 35 juta,” ucapnya dengan wajah menunduk.
Ia berharap, kedepannya pihak ASDP dan pelabuhan Roro Tanjung Uban dapat lebih memprioritaskan kepentingan orang banyak seperti, mobil pickup atau lori yang membawa sembako.
“Kalau bisa di bagilah spes untuk kendaraan sembako itu, jangan semuanya truk perusahaan yang diutamakan,” imbuhnya.
“Roro kan untuk subsidi masyarakat, masa iya perusahaan yang lebih diprioritaskan,” tambahnya. (Rid)