Related Articles
“Koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, BKM dan relawan sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Pengetahuan soal program KOTAKU juga masih terbatas,” kata Syamsidar.
Menurutnya, komitmen dan tanggung jawab dalam melaksanakan program KOTAKU juga masih perlu dipertanyakan.
“Yang terjadi hari ini kita masih terkutat pada persoalan ekonomi keluarga pelaksana KOTAKU. Seharusnya sekarang yang dibahas bagaimana bekerja sama dengan pihak perusahaan agar pengurus BKM memperoleh pendapatan, dan perusahaan diuntungkan,” ujarnya
Syamsidar bersama dua narasumber lainnya dalam Lokarkarya KOTAKU tersebut merekomendasikan agar pemerintah pusat dan daerah bersinergi untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi program. “Jangan jalan sendiri-sendiri, jangan asal buat program. Jangan buat kegiatan asal jadi, hanya memenuhi kewajiban,” kata Syamsinar.
Narasumber lainnya Indra Bolang, aktivis lingkungan yang memimpin Forum Komunitas Hijau Tanjungpinang mengatakan setiap orang pasti menginginkan hidup bersih, tetapi tidak semua orang mendapatkan akses atau fasilitas tersebut.
Kota bersih harus dilahirkan dari dalam diri sendiri, kemudian keluarga dan pemukiman sekitar rumah. “Buat hal-hal kecil agar lingkungan sekitar kita bersih, tidak kumuh, dimulai dari diri sendiri dan keluarga,” ujarnya.
Dia mengatakan Forum Komunitas Hijau terdiri dari berbagai pengurus organisasi yang memikiliki komitmen untuk menciptakan Tanjungpinang menjadi kota yang hijau. “Aksi yang dilakukan sejak empat tahun lalu, aksi nyata, menyentuh langsung ke sasaran,” katanya.
Sementara narasumber lainnya, Niko, yang juga pewarta Antara, yang memaparkan bagaimana strategi komunikasi dan pengembangan media massa KOTAKU. Komunikasi yang baik di internal pemerintahan, yang mengalir ke BKM hingga relawan akan mempercepat pelaksanaan program KOTAKU.
Sosialisasi secara intensif melalui berbagai media baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi kunci pendorong agar masyarakat sadar membangun lingkungan keluarga dan lingkungan perumahan yang bersih.
“Lakukan sosialisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Bangun komunikasi dengan energi positif untuk membuahkan hasil yang maksimal,” ujarnya.
Salah seorang panitia penyelenggara lokakarya tersebut, Rudi Rosyidi meyakini program KOTAKU dapat terlaksana secara maksimal jika terbangun komitmen bersama di internal pemerintahan.
Komitmen juga harus dibangun dengan pelaksana KOTAKU, yang sejak 2006 merupakan aset PNPM. KOTAKU yang lahir di April 2016 harus disosialisasikan secara massif untuk mempermudah pelaksanaan program. “Dibutuhkan komitmen bersama untuk melakukan kebaikan,” ujarnya.