Home / Aspirasi / Zazali Penderita Kebutaan Menanti Uluran Tangan Dermawan

Zazali Penderita Kebutaan Menanti Uluran Tangan Dermawan

Inforakyat, Tanjungping- Sedih, pahit dan malang itulah kenyataan yang kini dirasakan Zazali seorang pria berumur 31 Tahun. Tanpa tahu sebab harus menerima kenyataan tidak bisa lagi melihat indahnya dunia dikarenakan kedua matanya tidak bisa lagi melihat alias buta. Zazali yang kini tinggal di gubuk reot miliknya di area Pelabuhan Jagung, Kelurahan Kampung Bulang, Kecamatan Tanjungpinang Timur ini, kini hanya bisa menanti Uluran tangan sang Dermawan untuk meringankan derita hidup.

Zali, begitu dirinya biasa di sapa sehari-hari menceritakan, kebutaan total yang dialaminya kini sudah setahun lebih setelah awalnya hanya rabun mata biasa. Seiring waktu, semua pengobatan untuk kesembuhan kedua matanya telah dilakukan oleh Zali bersama keluarganya. Namun hingga setahun lebih bukan kesembuhan yang di dapat malah kini kedua bola mata Zali buta total. Pasrah, namun ingin sembuh itulah harapan Zali yang ditemui di gubuknya.

Saudara perempuan Zazali, Zainah menceritakan, sebelumnya Zali ini tinggal di Kalimantan bersama istrinya yang sudah dinikahi dua tahun lamanya. Namun, semenjak Zali mengalami kebutaan, istrinya memilih pergi dan tak penah datang lagi. “Balik dari Kalimantan belum ada satu tahun, dan semenjak balik dari sana Zali awalnya hanya mengalami rabun mata dan tak lama kemudian langsung buta total,” kata Zainah, Kamis (1/2) sore di rumah Zali.

Sebagai adik, Zainah tak tega melihat kondisi abangnya yang telah buta. Ia pun mengakui sudah berusaha untuk mengobati kebutaan yang menimpa saudaranya itu, mulai dari pengobatan tradisional dan moderen pun sudah dicoba, tapi tak sembuh juga. Bahkan Zainah pun mengaku sudah membawa Zali ke Dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjungpinang. Namun, dari hasil pemeriksaan dokter tidak menemukan adanya kejanggalan dari mata Zali.

“Dokter saja heran melihat kondisi mata Zali. Dokter bilang kalau matanya tak bisa sembuh,” kata Zainah menjelaskan.

Hal itupun diperkuat oleh Zali sendiri. Dirinya mengaku sangat heran dengan hasil pemeriksaan Dokter mata yang memeriksa dirinya. “Saya juga heran, kok katanya tak ada sakit apa-apa. Saya juga tidak dapat arahan atau obat dari dokter tersebut. Dokter aja angkat tangan melihat mata saya, gak tau kenapa,” Kata Zali menambahkan.

Kini di gubuk reot miliknya, Zali yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan ini dan Bongkar Muat di salah satu Pelabuhan di Tanjungpinang ini hanya bisa berharap uluran tangan dari para Dermawan agar bisa memeriksa dan mengobati kedua matanya ke Rumah Sakit yang lebih baik

“Saya memilih tinggal di gubuk sederhana ini karena tak ingin menyusahkan saudara-saudara saya. Makanya saya menolak ajakan adik perempuan saya untuk tinggal bersama mereka,” ucap Zali.

Dengan gubuk berukuran lebih kurang 2×3 meter dengan dinding kombinasi dari papan, seng dan spanduk bekas dan lainnya, serta lantai ditampal dengan papan alakadarnya dan berlapiskan tilam tipis, gubuk itulah Zali tinggal semenjak musibah kebutaan menimpa dirinya. Disana pula Zali sehari-hari menghabiskan hari-harinya. Terkadang selain keluarga beberapa teman Zali juga datang untuk menjenguk dan melihat langsung keadaannya dan memberikan bantuan berupa baju dan uang.

Sementara, Zailani Orang tua Zali yang sudah puluhan tahun tinggal di daerah tersebut yang juga disamping tempat Zali tinggal saat ini hanya bisa berharap kepada Pemerintah setempat untuk bisa menolong dalam hal ini dana untuk operasi supaya anaknya (Zali) bisa melihat seperti semula. “Kita orang tak mampu dan saya sendiri hanya bekerja sebagai Security di Laut Jaya sedangkan istri saya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Jadi untuk uang operasi kita tak ada, untuk makan sehari-hari saja kadang kita kewalahan,” ungkap Zailani.

Meski begitu, agar anaknya tersebut bisa terwat, Zailani mengakui, anaknya yang peremuan sudah meminta Zali untuk tinggal bersamanya. Tapi, saya gak yakin anak saya itu bisa menjaganya dengan baik, makanya Zali tinggal disini. “Jadi, kalau saya lagi kerja kadadang gak ada yang jaga dia (Zali). Tetapi terkadang juga ada teman saya yang jaga disini,” ucapnya.

Tetangga Zali, Maria yang sudah menganggap Zali sebagai saudara mengakui bahwa dirinya salah satu yang membawa Zali berobat ke RSUD Tanjungpinang dan saat itu dokter yang menanganinya mengatakan bahwa dia tidak bisa sembuh lagi. “Semenjak dokter bilang dia tak bisa sembuh lagi, maka kami gak bawa lagi berobat ke rumah sakit. Padahal menurut saya yang namanya penyakit pasti ada obatnya, “Menurut saya sih”,” katanya.

Bahkan setelah dari Medis, pihaknya mencoba membawa Zali ke orang pintar, tapi tak sembuh-sembuh juga. Ia juga mengatakan bahwa dirinya sudah pernah minta tolong ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang.

“Saya sudah pernah minta tolong ke Dinkes, tapi mereka (Dinkes) mengarahkan kita untuk meminta surat keterangan tidak mampu dulu dari RT setempat, tapi kita tak minta, jadi ini lah akibatnya. Kita juga sih yang salah, waktu itu tak kita minta, kalau dulu langsung kita minta, mungkin gak seperti ini” jelasnya.

Meski begitu, Zailani, Zaini dan Maria terlebih Zazali sendiri sangat berharap kesembuhan kedua matanya bisa melihat kembali meski kini biaya untuk periksa dan berobat sudah tak punya lagi. Harapan mereka Pemerintah maupun Dermawan bisa membantu meringankan beban mereka untuk mengobati kebutaan Zazali.

(Amri/Red)

About Redaksi

Check Also

Lis: Tiga Tahun Pemda Tidak Fokus Perbaiki Ekonomi, Tanjungpinang Masuk Urutan Kedua Tingkat Kemiskinan Tertinggi di Kepri

Inforakyat, Tanjungpinang- Calon Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah menyoroti tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Tanjungpinang …