Home / Aspirasi / BEM UMRAH Selalu Gagal Dibentuk, Mahasiswa Gelar Rekonsiliasi

BEM UMRAH Selalu Gagal Dibentuk, Mahasiswa Gelar Rekonsiliasi

Inforakyat, Tanjungpinang- Seratusan mahasiswa yang menjabat diberbagai organisasi internal kampus, maupun non organisasi mengikuti rapat rekonsiliasi pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMRAH Jumat (27/5) yang dimulai dari pukul 13.30 WIB, hingga pukul 19.00 WIB di Auditorium Kampus Dompak.

Dalam acara tersebut peserta yang mengikuti forum itu menyepakati dua poin, yakni menyepakati secara bersama akan adanya presidium yang akan mengesahkan seluruh proses yang akan disepakati dalam forum dan menyepakati 20 orang yang terdiri dari 4 orang masing-masing fakultas untuk menyusun draf UUD mahasiswa.

“20 orang tersebut merupakan hasil musyawarah dalam forum, dimana tugasnya adalah menyusun draf UUD Mahasiswa. Dan tata tertib yang akan dijadikan acuan dalam melaksanakan musyawarah ataupun serangkaian kegiatan dalam melahirkan BEM UMRAH ini,” jelas Sami fawiki Mahasiswa FKIP. Jumat (27/5).

Sami juga mengatakan, semua draf yang akan disusun oleh 20 orang perumus tersebut, akan kembali dimusyawarahkan didalam forum yang akan digelar pada Juma’at (3/6) mendatang di Audotorium Dompak.

Selain itu, ia juga  berharap kalau musyawarah ini berjalan dengan baik, tidak ada mengatasnamakan kepentingan oknum manapun. Para peserta lebih aktif, agar pendapat tidak menjadi milik sekelompok orang saja.

“Mahasiswa diharapkan  menahan ego masing-masing, apa yang diputuskan tentunya harus dihormati.  Karena tujuan kita adalah terbentuknya BEM universitas, dan itu harus terbentuk kali ini,” tegasnya.

Samsidar salah satu peserta forum mengakatakan Rancangan UUD Mahasiswa tersebut merupakan upaya rekonsiliasi dalam menyatukan seluruh presepsi, sehingga proses lahirnya BEM UMRAH dapat terwujud.

“Kita satukan dulu pandangan, melalui poin-poin yang di bahas bersama didalam UUD Mahasiswa,” ujar Samsidar.

Hal senada juga disampaiakan Suaib, salah satu mahasiwa FISIP yang mengatakan Rekonsiliasi tersebut merupakan upaya mempersatukan presepsi, mengingat setiap individu selalu memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

“Harapannya kepentingan-kepentingan dari kawan-kawan harus bisa diungkapkan dalam forum itu, sehingga perbedaan pandangan bisa di satukan,” ungkapnya.

Mantan juru bicara mahasiswa UMRAH pada saat penggulingan rektor Prof Maswardi ini juga mengungkapkan sebenarnya yang terjadi di kalangan mahasiswa UMRAH selama ini adalah egosektoral dari masing kelompok.

“Nah kalau kita merasa memiliki kampus ini, sejatinya tidak perlu kita mempertahankan hasrat masing-masing kelompok itu,” ujarnya.

Ia juga mengakui, bahwa sebelumnya dirinya tidak ingin ikut serta dalam persoalan organsisasi tertinggi di UMRAH itu, mengingat kepentingan masing-masing mahasiswa itu berbeda-beda. Namun karena ia melihat proses demi proses dalam forum tersebut dijalankan secara terbuka, dan tanpa membatasi pesertanya, maka ia mengaku tertarik untuk menyumbangkan pemikirannya.

Meski demikian Suaib optimis bahwa proses yang kali ke-IV ini bisa berjalan dengan lancar, mengingat proses tersebut berjalan dengan terbuka, tidak membatasi mahasiswa yang hendak menyumbangkan gagasannya.

“Selama ini yang terjadi, selalu dibatasi. Yang berhak mengambil kepusutsan adalah teman-teman yang berasal dari organisasi internal dimasing-masing fakultas. Kali inikan tidak, semua diberikan kesempatan,” ujarnya.

“Dari awal selalu saya tegaskan bahwa proses itu harus berjalan transparan, tidak diskriminasi. Mengingat statuta UMRAH juga mengatur bahwa seluruh mahasiswa UMRAH itu memiliki Hak yang sama, yaitu Hak berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat, hak dipilih, dan memilih,” ujarnya lagi.

About Redaksi

Check Also

Menakar Peluang Politisi Muda Momon Faulanda Berebut Calon Wakil Walikota Tanjungpinang

Inforakyat, Tanjungpinang- Kepastian Politisi Muda Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Momon Faulanda Adinata (MFA) ikut dalam …

Tinggalkan Balasan